Baca Juga : Peran Marinir Menjaga Kedaulatan NKRI
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah Muhammad SAW diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia yang tidak baik, menyimpang dari ajaran Islam.
Pada saat Nabi sebelum diutus, masyarakat mengalami masa jahiliyah, masa dimana kondisi dan keadaan yang tidak baik dan keadaan yang tidak membawa peradaban hidup.
Manusia yang menimbulkan ketidakbaikan dan keterburukan, yang kuat menindas yang lemah. Yang berkuasa menindas rakyat, sehingga yang timbul prilaku-prilaku yang menyimpang . Yang tidak sesuai dengan aturan yang ada. Padahal, agama Samawi yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim as, dengan mengesakan kepada Tuhan sudah banyak yang berubah dan banyak yang menyimpang dari aturan yang ada.
Penyimpangan yang terjadi disebabkan oleh manusia yang selalu berjalan tidak sesuai dengan koridor yang ada, perubahan yang terjadi disebabkan juga karena mereja sudah jauh dari prinsip-prinsip ajaran Samawi.
Perubahan yang terjadi disebabkan karena manusia tidak lagi memikirkan akan apa yang diperbuatnya, apa yang dilakukan demi untuk mencapai tujuan hidup yang tidak baik. Apa yang terjadi dalam diri manusia disebabkan manusia tidak lagi memikirkan akan apa yang diperbuat dan dilakukan sehingga menjadikan dirinya tidak lagi memikirkan apa yang diperbuat dalam diri manusia.
Sejarah Tahun Gajah
Pada tahun 570 M daerah yang saat ini bernama Yaman berada dibawah kekuasaan Abyssinia (Etiopia sekarang). Seorang Abyssinia bernama Abrahah diutus untuk menjadi gubernur di sana. Ia membangun sebuah Katedral megah di Shan’a untuk raja Negus dengan harapan dapat menyaingi Ka’bah di Makkah sebagai tempat penyembahan bagi seluruh bangsa Arab. Abraha membangun katedral itu dengan pualam yang diambil dari bekas istana Ratu Saba serta menghiasinya dengaan emas dan perak.
Abrahah tidak merahasiakan sedikit pun niat menyaingi Makkah dan itu tentu mengundang kemarahan suku-suku yang tersebar di seluruh Hijaz dan Najd. Akhirnya seorang dari suku Kinanah yang memiliki hubungan nasab dengan Quraisy, pergi ke Shan’a dengan maksud meruntuhkan gereja itu. Konon, berdasarkan riwayat yang dituturkan secara turun temurun, ia melakukan itu hanya dalam satu malam dan kembali kerumah dengan selamat.
Martin Lings alias Abu Bakr Siraj al-Din dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi berdasarkan Sumber Klasik ( 2017:25-26) menyampaikan bahwa tatkala Abrahah mendengar itu, ia bersumpah akan membalas dendam dengan menghancurkan Ka’bah sampai rata dengan tanah. Ia pun menyiapkan pasukan besar-besaran untuk menyerang Makkah dengan menempatkan seekor gajah di barisan terdepan.
Beberapa suku Arab di utara Shan’a berusaha menghalangi perjalanan mereka, tetapi pasukan Abyssiniaa berhasil mengalahkan dan menangkap pemimpin suku-suku tersebut, Nufayl dari suku Khats’am sebagai tebusan nyawaya diminta menjadi petunjuk jalan.
Abrahah berhenti di Mughammis, kira-kira dua mil dari Makkah dan mengirimkan pasukan berkuda ke daerah pinggiran Makkah. Mereka merampas apa saja yang mereka temukan di perjalanan dan mengirimkan hasil rampasan kepada Abrahah, termasuk dua ratus unta milik Abd. Al Muththalib. Quraisy dan suku-suku yang lain di sekitarnya mengadakan pertemuan dewan perang, mereka memutuskan bahwa percuma saja melawan serangan musuh.
Sementara itu Abrahah mengirimkan seorang utusan ke Mekkah untuk menemui pemimpin mereka di sana. Ia berpesan bahwa pasukannya datang bukan untuk berperang melainkan hanya ingin menghancurkan Ka’bah. Dan jika ingin menghindari pertumpahan darah, maka pemimpin Makkah harus menemuinya di kemah pasukan Abyssinia.
Sebenarnya tidak ada pemimpin resmi untuk semua suku Quraisy setelah hak-hak istimewa dan tanggung jawab kepemimpinan telah dibagi antara keluarga Abd al-Dar dan Abd Manaf.
Tapi sebagian besar masyarakat Makkah beranggapan bahwa pemimpin mereka secara de facto memang mengemban fungsi kepemimpinan. Kali ini utusan itu diantar menghadap Abd al - Muththalib, yang selanjutnya bersama seorang putranya mengikuti utusan tersebut ke perkemahan.
Tatkala Abrahah menyaksikan kedatangan Abd al-Muththalib ke perkemahannya, ia begitu terpesona sampai turun dari singgasana. Dikisahkan Syauqi Abu Khalil dalam Atlas jejak Agung Muhammad SAW (2009: 30 ) bahwa Abrahah menyambutnya dan duduk bersama di atas karpet, ia menyuruh juru bicaranya menanyakan kepada ‘Abd Al- Muththalib permintaan apa yang diajukan. Beliau meminta agar dua ratus untanya yang telah dirampas pasukan Abrahah dikembalikan. Meskipun Abrahah sangat kecewa mendengar permintaan ‘Abd al Muththalib, ia akhirnya memerintahkan agar unta-untanya itu dikembalikan.
Abdul al-Muthalib kembali ke Quraisy dan menyarankan agar mereka menyelamatkan diri ke atas bukit di dekat kota. Kemudian, ia disertai beberapa anggota keluarganya dan pemuka masyarakat yang lain, pergi ke Kha’bah. Mereka berdiri di sisi Kha’bah , memohon pertolongan Tuhan untuk melawan Abrahah dan pasukannya. Setelah memanjatkan do’a, ia bersama dengan yang lain kembali ke atas Bukit, pada suatu tempat yang memungkinkan mereka memantau apa yang terjadi di kota.
Keesokan harinya, Abrahah bersiap-siap memasuki kota untuk menghancurkan Kha’bah dan setelah itu kembali lagi ke Shan’a melalui jalan yang mereka tempuh sewaktu datang. Si gajah yang dilengkapi senjata, berada di barisan terdepan, pemandunya Unays, segera mengarahkan si gajah berjalan bersamanya.
Saat Unays memberikan aba-aba agar gajah itu bangun, Nufayl mendekati telinga besar sang gajah dan memberikan komando untuk duduk berlutut. Itu sangat mengejutkan dan mencemaskan Abrahah dan pasukannya karena si gajah lebih menuruti bisikan Nufayl dengan perlahan-lahan kembali berlutut ke tanah. Unays menyentuhnya untuk kembali berdiri, tetapi kata-kata Nufayl yang masuk berbarengan ke telinga gajah itu lebih dekat dan berpengaruh sehingga si gajah tak mau bergerak lagi.
Pasukan Abrahah melakukan segala muslihat untuk menggerakkan kaki gajah itu, sampai mereka memukul kepala dan wajahnya dengan besi, tapi ia tetap diam. Mereka mencoba strategi lain dengan menyuruh seluruh pasukan berbalik arah dan berjalan beberapa langkah mengikuti mereka. Dengan penuh harap, pasukan berbalik arah lagi dan gajah itu pun mengikuti mereka. Namun, ketika mengarah ke Makkah, gajah itu kembali berlutut.
Di Makkah, peristiwa menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW di tandai dengan kehancuran pasukan gajah yang dipimpin Raja Abrahah, waktu itu Abrahah adalah raja Abysinia kini Yaman.
Abrahah merasa iri sebab perekonomian Makkah dengan adanya Kha’bah lebih maju dari pada Yaman yang punya kuil untuk sesembahan juga. Banyak orang berziarah ke Kha’bah sehingga mendongkrak perekonomian Makkah, sebaliknya sedikitnya orang pergi ke kuil Abtyinia. Abrahah pun menyerang Makkah dengan menggunakan pasukan gajah, peristiwa penyerangan ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat al- Fil.
Disebutkan bahwa saat masuk kota Makkah, pasukan gajah dihujani batu oleh sekelompok burung Ababil, pasukan gajah pimpinan Abrahah kocar-kacir dan Kha’bah serta Kota Makkah selamat. Tak lama setelah pasukan gajah gagal menyerang Kha’bah, Rasulullah SAW lahir.
Muhammad SAW lahir dari pasangan Abdullah dan Aminah. Abdullaj adalah putra dari Abdul Mutholib pemimpin suku Quraisy, sementara Aminah merupakan putri dari Wahb pimpinan Bani Zuhrah. Menjadi kebiasaan warga Makkah ketika itu yakni berdagang ke Syam. Abdullah pun pergi ke Syam bersama rombongan pedagang Makkah, mereka tak hanya ke Syam, tapi juga singgah di beberapa kota lain sehingga perjalanan memakan waktu yag lama.
Saat hendak pulang ke Makkah, Abdullah kecapekan dan jatuh sakit. Dia singgah ke tempat saudara-saudaranya dari garis ibu di kota Yatsrib, kini Madinah. Abdullah wafat di Madinah, itu Aminah tengah mengandung Nabi Muhammad SAW , usia kandungan Aminah baru berusia 3 bulan.
Rasulullah seorang yatim piatu, yang sejak kecil ditinggalkan kedua orang tuanya, dia diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib dan sedari remaja diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
Ketika anak-anak sudah biasa hidup mandiri, dengan mengembala kambing,dan berdagang ke negeri Syam mengikuti kebiasaan orang-orang Quraisy.
Hidup sehat Rasulullah yang patut di contoh
1. Kendalikan nafsu makan
Rasulullah tak suka orang yang berlebih-lebihan dalam makan. Karena yang harus dilakukan adalah berusaha menghindari makanan dan semua asupa gula, garam , lemak berlebih dalam makanan sehari-hari. Kita makan tiap hari untuk nafsu dan keinginan bukan kebutuhan. Inilah yang membikin seseorang banyak yang gemuk atau sakit karena makanan, karena langkah pertama adalah mampu mengendalikan nafsu makan.
Kedua, rutin puasa sunnah
Mengendalikan nafsu makan bisa dengan berpuasa sunnah, biasanya Rasulullah rutin berpuasa Senen dan Kamis yang telah terbukti bermanfaat bagi kesehatan keseluruhan. Puasa juga membatasi asupan yang memungkinkan hati menjadi lebih bersih, sehingga bisa menerima hal-hal positif dari lingkungan sekitar. Dengan berpuasa, makan asupan yang menutrisi dan melakukan kegiatan positif maka tubuh lebih sehat serta bisa beribadah dengan baik.
Ketiga, makan sayur dan buah
Usahakan selalu makan sayur dan buah saat setiap hari, kandungan gula pada sayur dan buah tak setinggi sumber energi lain seperti nasi.
Keempat, konsumsi habbatussauda, konsumsi habbatussauda atau jintan hitam dipercaya bisa berdampak baik pada kesehatan tubuh. Tumbuhan ini bahkan disebut obat dari segala jenis penyakit karena banyak manfaat. Pregnenolone mampu mengatur kembali hormon yang mempengaruhi fungsi seluruh organ. Hormon yang seimbang juga mempengaruhi daya tahan tubuh menghadapi segala jenis infeksi, (dikutip dalam detikhealth.com).